Setelah Bahasa Daerah, Kini Giliran Permainan Anak Tradisional yang Terancam Punah

Sepertinya soal terancam punahnya bahasa daerah menarik perhatian semua masyarakat Indonesia, bahkan karena seriusnya masalah ini kontes Ngeblog Voa Indonesia mengapresiasi kiriman blog dari saudari Gian Fitrian dan saudara Syaifuddin Sayuti, baca masing-masing disini bahasa daerah yang terancam punah dan bahasa daerah terancam punah salah kita juga. Mereka menjelaskan bahwa faktor terbesar yang mempengaruhi terancam punahnya bahasa daerah dikarena oleh masyarakat itu sendiri, yang tidak mau mempelajari dan melestarikan bahasa ibunya masing-masing.

Mengingat kembali pemberitaan Voa Indonesi "ratusan bahasa daerah di Indonesia terancam punah" (23/9/11) bahwa menurut Kepala Bidang Peningkatan dan Pengendalian Bahasa Kementerian Pendidikan Nasional, Sugiyono mengatakan ratusan bahasa daerah di Indonesia terancam punah karena semakin jarang digunakan. Ia memperkirakan pada penghujung abad 21 ini hanya sekitar 10 persen saja yang akan bertahan dan salah satu penyebabnya adalah urbanisasi dan perkawinan antar etnis. Mendengar hal ini sungguh menyedihkan sekali, apakah kita hanya berdiam diri hingga waktu itu tiba,  jangan sampai anggota tubuh Indonesia kita hilang begitu saja.

Negara Indonesia yang mempunyai beragam kebudayaan seperti tarian tradisional, seni budaya, bahasa daerah, tulisan bahkan permainan tradisional, yang kesemuanya ini juga perlu dilestarikan, keragaman budaya adalah jati diri Indonesia.

Setelah bahasa daerah, kini giliran permainan anak tradisional yang terancam punah. Hal itu terdeteksi setelah saya mempost blog artikel saya yang berjudul dimana sekarang permainan anak tradisional melayu itu?. Dalam artikel itu saya menjelaskan bahwa permainan anak melayu pesisir tempo dulu khususnya didaerah saya Tanjungbalai, Sumatera Utara kini permainan itu tidak terlihat lagi di jaman sekarang ini. Itu juga dirasakan (melalui komentar blog) oleh seorang sahabat berasal dari Jawa Timur, yang ternyata permainan didaerah saya juga sama dengan permainan didaerah beliau hanya saja nama dan caranya sedikit berbeda. Bahkan teman-teman diluar daerah saya juga merasakan hal yang sama bahwa permainan mereka dulu kini tidak tampak lagi, bahkan hampir mendekati kepunahan.  Apakah kita tidak khawatir akan hal ini, permainan itu juga akan berdampak sama dengan bahasa daerah yang juga hampir punah.

 
 Helga Indra R.

Bercerita soal permainan anak tradisional melayu pesisir , adapun macam permainannya adalah Suruk benteng, main tam-tam duku, tarik upih pinang, batu seremban, main yeye, main pecah piring, terompah tempurung, patok lele, nenek gobek, main angklek, main gotri, tengkoyak, maen guli/kelereng, galah panjang, main kuaci dan lain sebagainya.

Semua permainan ini terakhir saya mainkan dan terlihat pada saat saya duduk dibangku Sekolah Dasar (2003), dan saat ini hampir keseluruhan permainan itu tidak terlihat lagi,  mungkin permainan ini kalah bersaing dengan permainan populer sekarang, seperti game online yang lebih diminati anak sekarang. Padahal permainan tradisional ini mempunyai banyak dampak positif seperti;
- kecerdasan intelektual
- kecerdasan emosional
- mengembangkan daya kreatifitas
- mengajarkan rasa nasionalisme , cinta tanah air, ketrampilan dan strategi,  sportifitas dan kejujuran, pesan moral.
- mendidik untuk bekerja sama dengan semangat yang tinggi
Lain halnya dengan permainan modern sekarang ini lebih kepada individual.

Jika bahasa daerah bisa dihidupkan kembali dengan melakukan pengumpulan kosa kata, dan merekamnya serta melakukan revitalisasi dan digelar berbagai festival seni di daerah-daerah, juga bisa dibuat dalam bentuk kamus, seperti diperpustakaan kota saya Tanjungbalai yang menyediakan kamus bahasa daerah kota saya sendiri. Permainan anak tradisional didaerah kita masing-masing juga bisa dihidupkan kembali, sepertinya tidak terlambat untuk melestarikan kembali permainan tradisional tersebut. Harafan besar tertuju kepada pejuang pendidikan kita, tidak ada salahnya bila instansi terkait seperti PAUD, TK maupun SD turut andil mengenalkan permainan tradisional pada perserta didik, dan kalau bisa permainan ini dikemas dalam muatan lokal berbasis lapangan, sama halnya dengan bahasa daerah juga bisa dikemas pada pelajaran muatan lokal (lebih epektif). Kita generasi dewasa bisa juga memperkenalkan kembali permainan ini kepada adik-adik kita ketika liburan tiba, kasian dengan budaya kita ini. Sadarlah bangsa Ku.!

Comments

  1. Harus ada pionir yang mensosialisasikan budaya-budaya lokal dengan bentuk yang lebih menarik dan "mudah". Jika tidak begitu, generasi muda tidak akan ada yang tertarik, karena gempuran budaya pop luar sangat gencar dan kuat.

    ReplyDelete
    Replies
    1. ya iya selera generasi mudah hampir hilang utk yg bgtuan,, disporabudpar hrus perhatikan hal ini shrusx, ini ciri khas suatu daerah.. mkasi harmony :)

      Delete
  2. salah satu upaya untuk melestarikan permainan tradisional, diantaranya telah dilakukan berbgai jenis lomba yang bermuatan budaya lokal terutama dlm memperingati HAN (hari anak nasional)

    ReplyDelete
    Replies
    1. ya sangat setuju, diacara 17 agustusan jg sangat menarik utk dprlombakan permainan tsb.. makasi kk cii yuniaty,, gudluck :)

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Peringatan Maulid yang Sederhana tapi Mengesankan.

LASKAR HIKARI TANJUNGBALAI

The Most Inspire