Kita Harus Tahu Bersikap yang Benar Ketika Orangtua Lagi Sakit-sakitan

Ketika selesai membaca sebuah artikel dari salah-satu halaman majalah yang tidak saya ketahui nama majalahnya, sebab kertas lebar itu saya dapatkan dari pinggir jalan, dan saya kembali teringat dengan cerita seorang bapak tukang becak yang bercerita langsung kepada saya. Sebelum saya menulis isi artikel tersebut ada baiknya saya ceritakan kisah bapak yang tadi, semoga kita belajar dari ceritanya.

Bapak itu baru saja pulang dari rumah sakit, hampir 1 harian dia menjaga orang tuanya yang lagi sakit padahal dia mempunyai 3 saudara yang juga sudah berumah tangga. Ayah dari Bapak tadi sangat merasa nyaman ketika si Bapak ini yang menjaga beliau, karena Bapak tadi menyadari betapa perhatiannya dia kepada Ayahnya. Yang membuatnya tidak enak adalah dia mempunyai anak dan istri yang harus dinafkahi jadi Bapak itu perlu kerja untuk mendapatkan uang, tapi sejak orang tuanya sakit waktu bekerjanya termakan karena harus menjaga Ayahnya, sedangkan saudaranya yang lain hanya sebentar menyisihkan waktu untuk menjaga Ayah mereka, hanya makanan dan buah-buahan yang mereka kirimkan karena mereka masih sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.

Banyak pelajaran yang kita dapatkan dari cerita diatas, salah satunya adalah bahwa setiap anak harus dapat menyisihkan waktu untuk orangtuanya, dan sebagai seorang anak kita harus tahu bersikaf yang benar. Dan bersikap positif bisa menguatkan orangtua yang sedang sakit. Oleh karena itu saya merasa perlu untuk mempost kembali artikel yang saya kutip tadi, Naskah dari saudari Wida Kriswati dengan judul naskah "Ketika Orangtua (sudah) Sakit-sakitan, Bagaimana Anak Harus Bersikaf?"

 
Rasanya baru kemarin orangtua memanjakan kita dengan mengajak berwisata atau menghadiahi ini dan itu. Tapi, kini orangtua menua. Dan seiring kenyataan itu, datang pula “temannya” -- yang tidak seorang pun mengharapkannya penyakit.

Bukan saja terkait biaya pengobatan yang pasti tidak sedikit. Perilaku “bandel” orangtua yang tidak menaati aturan dokter, juga keharusan anak-anak (mau tidak mau) untuk mengurus, menjaga, membantu, dan lain-lain yang terkadang bentrok dengan kenyataan bahwa anak-anak sudah memiliki kehidupan sendiri.
Belum lagi saat orangtua yang sakit ini “tidak sehat” secara emosional. Sehingga suka ngawur dalam bicara dan perbuatan. “Lebih sensitif, lebih suka marah-marah, lebih ingin diperhatikan, suka membebani dengan konsep kematian, belum sempat menimang cucu, mengantar jadi sarjana, dan lain-lain,” Anggia Chrisanti Wiranto, konselor dan terapis di biro psikologi Westaria (www.westaria.com) memerinci.
Bagaimana Kita Harus Bersikap?

Beberapa Langkah Berikut Disarankan Anggia:
- Kembalikan dulu prioritas peran dan fungsi kita. Mungkin terkesan “egois”, tapi ini lebih kepada menjalankan peran dan fungsi utama. Misalnya, sebagai karyawan di suatu perusahaan, tentu kita harus mengatur kapan mengurus orangtua, kapan harus fokus pada pekerjaan. Jangan mubazir. Berada dekat orangtua, tapi pikiran ke pekerjaan, dan sebaliknya.

- Perlahan, dengan cara yang paling baik, jelaskan kepada orangtua, bahwa kita punya tanggung jawab berupa pekerjaan, anak, istri atau suami. Jika memungkinkan, delegasikan pada orang lain (saudara atau perawat), ketika berhalangan.

- Bersedih hati, bermuram durja, berkeluh kesah, jelas bukan solusi. Diri yang didominasi emosi sulit untuk berpikir, merasa, dan bertindak cerdas. Sebaliknya, malah cenderung membuat masalah baru. Kita akan kurang fokus, kurang konsentrasi, menjadi sensitif, mudah marah, dan lain-lain.

- Emosi itu energi. Dan energi itu beresonansi. Kita harus positif. Minimal, keberadaan kita minim sekalipun, dapat memberi efek maksimal. Menularkan nilai, suasana, dan emosi yang positif. Terutama kepada orang yang sedang sakit, energi positif yang terus-menerus diberikan akan efektif membantu proses penyembuhan.

- Tuliskan rencana kita, perasaan, hidup dengan pensil, dan berikan penghapusnya kepada Tuhan. Tentu kita ingin semuanya bisa berjalan baik, antara hak dan kewajiban. Tapi, banyak hal terjadi di luar jangkauan kita. Oleh karenanya, jika sudah direncanakan dan diatur sedemikian rupa, namun meleset, ikhlaslah. Itu pasti yang terbaik menurut Tuhan.

- Sampai tua sekalipun, jadilah anak (untuk orangtua) yang saleh. Hanya doa anak saleh yang akan menjadi salah satu bekal orangtua, walau kelak terpisah alam.

Semoga artikel diatas bisa menjadikan kita sebagai seorang anak bijaksana yang tahu bersikap benar ketika orangtua kita dalam keadaan sakit. Yang lebih penting lagi kita harus bisa memberi perhatian yang tulus kepada orangtua kita baik sehat maupun sakit, dan dapat menyenangkan hati mereka.

Comments

  1. http://fokusmediafire.blogspot.com/
    follow back

    ReplyDelete
  2. bener gan.
    kita harus memberikan yang terbaik untuk orang tua.
    masak kita aja yang di manja. namun kita kgak peduli ama orang tua kita.
    mereka mati2an membiayai kita sekolah, makan, dll.
    sekarang waktunya kita mebalas jasanya. biarpun kagak bisa membayar lunas. tapi mereka pasti sangat bahgia.
    makasi gan.
    harus pinter2 menagatus waktu, dimana untuk keluarga, dimana untk pekerjaan.
    salam kenal. ayo ngopi d WB lagi. ehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. ya hrus tu, ssering mngkinlah mbahagiakn ortu,
      soal ngopi d webe diusahakn sesering mungkin,, mkasi bg..

      Delete
  3. Dari keseluruhan artikel ini saya setuju sekali... :)
    Sangat logis serta dibawakan dengan runut...
    Nice post, bang... :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. makasi bro atas kunjunganx, smoga brmnfaat bgi kita smua,amin :) gudluck

      Delete
  4. Mengharukan rasanya kalo sudah menyangkut orang tua..

    Masih banyak ketika orang tua sakit2an di cuekkin sama anakknya, tapi terkadang namanya orang tua ketika menjelang tua makin kaya anak kecil, tak mengerti kalo anak2nya sudah mempunyai tanggung jawab lain..

    Semoga kita selalu di beri kesehatan, baik sekarang ataupun nanti ketika tua..
    Amin..

    ReplyDelete
    Replies
    1. amin40x,, mari sering2 kita doakan orang2 trdekat kita,, :) makasi kk

      Delete
  5. menarik sekali mas.

    Memang dijaman sekarang, dikarenakan anak lebih cenderung untuk mengisi waktunya dengan kesibukannya tersendiri, sehingga terkadang waktu-waktu bersama orang tua ini semakin lama semakin sedikit.

    Mungkin saja, orang tua sendiri merasa kesepian, karena meskipun si anak masih ada disampingnya, namun kehadirannya bisa dibilang tidak ada lagi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. ya semoga kita sebagai anak memperhatikan itu semua, mkasi bro endy.. gudluck :)

      Delete
  6. Yang saya tanggapi dari cerita diatas, sebetulnya justru pengalaman Bapak Tukang Becak di atas.

    Banyak sekali Mas, kejadian cerita seperti bapak tukang becak diatas yang saya alami di Rumah Sakit karena saya adalah seorang Perawat

    Semoga yang membaca ini dapat berfikir lebih logis lagi dalam merawat orang tua

    ReplyDelete
    Replies
    1. ya saya sangat sedih dengar curhatnya bapak itu, smoga kita bisa tarik kediri kita masing2 utk menentukan sikaf yg baik kpd ortu kita,, gudluck kang Kapuk.. :)

      Delete
  7. mba sudah mengalami 2x mengurus orang tua sakit....sbnrnya musti banyak stok sabar dan ikhlas mengurus mereka, Insya Allah perhatian dan kesabaran yg kita berikan, dpt sedikit membahagiakan hati orang tua kita, dan semangat i=utk sehatanya mkn bertambah :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya perhatian yg tulus bisa bahagiakan mereka, mkasi kk mimi atas nasehatnya.. :)

      Delete
  8. orang tua... sudahkah kita benar-benar berbakti...
    jadi kangen ma ortu ne dirumah @.@

    ReplyDelete
    Replies
    1. terus berusaha menjadi anak kebanggaannya.. sipzz bg Arif:)

      Delete
  9. pgn bgt membahagiakan orangtua & jadi kebanggaan mereka..
    nice posting ms mursyal..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Amin semua bisa terjadi asal kita berusaha dan ikhlas berbuat demi orang tau kita kan bu'..sipzz..
      Thnks bu' sring2 main ke perpustakaan saya ini.. hehee

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Peringatan Maulid yang Sederhana tapi Mengesankan.

LASKAR HIKARI TANJUNGBALAI

The Most Inspire