MA’RIFATULLAH (Review Kajian Sekolah Hijrah Tanjungbalai)
MA’RIFATULLAH
Oleh Bapak Al Ustadz
Rahmat Hidayat, Lc
Dipertemuan ketiga (5/4/2019) Sekolah Hijrah ini dilaksanakan di hutan
kota atau taman selat malaka depan stadion Asahan Sakti, jika kajian-kajian
sebelumnya dilaksanakan di Mesjid Saksi dan Musholla Istiqlal. Kajian ba’da Ashar
Jum’at ini adalah Program berkesinambungan Sekolah Hijrah GPII Tanjungbalai
yang juga bisa dihadiri oleh siapapun atau terbuka untuk umum. Seperti halnya
pesan ketua GPPI Tanjungbalai Bang Indra BMT bahwa kajian ini akan lebih baik
lagi jika semakin banyak yang hadir, untuk itu peserta dapat mengajak
teman-teman lainnya untuk bergabung di Majelis Ilmu ini.
Materi ketiga ini membahas tentang Ma’rifatullah yang
pertemuan sebelumnya sudah membahas tentang makna Hijrah dan Syahadatain. Kajian ini dibimbing oleh Ustadz Rahmat
Hidayat dari kota Kisaran yang juga merupakan Murobbi Kepala Sekolah Hijrah ini
Bang Eza Boediono.
Ma’rifatullah berasal dari kata ‘arafa – ‘ya’rifu yang
berarti mengenal, dengan demikian Ma’rifatullah berarti usaha manusia untuk mengenal Allah. Sebelum
menjelaskan lebih dalam URH memberi
pertanyaan kepada peserta bahwa siapa yang di mejelis ini yang sudah berteman
sejak kecil. Apa saja yang kita kenal dari sahabat kita tersebut, yang pasti
kita mengenal fisiknya, sifatnya, kehidupannya, kesukaannya, kegemarannya, bahkan yang paling kita ingat adalah wajahnya.
Sebagai seorang sahabat kita belum benar-benar mengenalnya, jika kita belum
tahu rahasia pribadinya. Sulit sepertinya ada seseorang memberitahukan rahasia
penting pribadinya kepada orang lain, mungkin dikhawatirkan Aib kita akan
diketahui khalayak ramai. Makanya tempat curahan hati yang aman hanyalah kepada
Allah SWT. Dan Ustadz Rahmat juga mengingatkan siapa yang membukan Aib orang
lain di dunia maka Allah akan membuka Aibnya di akhirat. Ustadz menerangkan
seperti diatas bahwa untuk mengenal Allah hampir sama caranya dengan mengenal
diri sendiri atau orang lain.
Dari pernyataan diatas juga menegaskan bahwa
untuk mengenal seseorang memerlukan waktu
bertahun-tahun, apalagi untuk mengenal Sang Pecipta haruslah sepanjang hayat
karena usaha mengenal Allah akan membawa kebaikan-kebaikan yang membawa kita
lebih beriman dan bertaqwa.
Selanjutnya URH bertanya Apa yang dikenal oleh peserta kajian
terhadap Allah SWT. Masing-masing peserta menjawab ada yang mengenal bahwa
Allah itu Ahad yaitu Satu dan tidak beranak dan diperanakan, selanjutnya ada yang
menjawab mengenal Allah dari sifat dan nama-nama Allah, Dzat nya, keberadaan
Allah yang tak berwujud yang kita tidak bisa dijelaskan tapi bisa kita rasakan,
mengenal ke Esaan rububiyah Allah yaitu bahwa hanya Allah lah yang mencipta, memiliki, menguasai, dan mengatur seluruh
makhluk. Hanya Allah Azza wa Jalla yang menghidupkan, mematikan, memberi rizqi,
mendatangkan kebaikan, mendatangkan bencana. Dan semua jawaban diatas merupakan bahwa kita sudah berusaha mengenal
Allah SWT.
“Jika kita merasa mulai mengenal Allah SWT, selanjutnya apa
pembuktian kita untuk mengenal Allah lebih jauh lagi.?”, tanya Ustadz. Lalu Ustadz menambahkan bahwa dikatakan kita
berusaha mengenal Allah itu saat kita dapat membuktikannya dengan keimanan dan
ketaqwaan. Contohnya dalam perihal Jodoh, seseorang ber ma’rifatullah dia akan
bersabar dalam penantian jodohnya bahwa dia yakin Allah sudah menjanjikan bahwa
orang baik akan berjodoh dengan orang baik. Contoh lainnya ialah Yakin dalam
perihal mendapatkan Rezeki, seseorang Hamba akan meyakini dan tak khawatir
karena Allah sudah mengatur Rezeki setiap hambanya seperti yang terdapat dalam
Qur’an pada Surah Al-Jumu’ah ayat 10
yaitu “Apabila sudah ditunaikan Sholat, maka bertebaranlah kamu dimuka bumi,
dan carilah karunia Allah dan ingat Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”.
Selain pembuktian diatas kita dikatakan beriman dan bertaqwa ialah saat kita
menerima keputusan Allah dan kita harus menerimanya, jikalau tidak sesuai
dengan harafan maka kita akan bersabar.
Pentingnya Ma’rifatullah ini merupakan tahapan kita dalam
berhijrah setelah kita berniat berobah dan
istiqomah, lalu memantapkan hati dengan bersyahadat kembali, selanjutnya kita
mulai berusahalah mengenal Allah SWT dan rosul-rosulnya. Kita tidak akan bisa
dekat dengan Allah jika kita tidak ada usaha untuk mengenal Allah seutuhnya. Ketahuilah
bahwa dengan menjadikan diri kita lebih dekat dan mengenal Allah Azza Wa Jalla maka
insyaAllah kita akan mendapatkan hikmah berupa kebaikan-kebaikan dalam beriman
dan bertaqwa seperti dijadikannya manusia sebagai Khalifah (pemimpin dimuka
bumi), diteguhkannya agama dimuka bumi (taqminuddin), diberikan rasa aman ( al
amnu), diberikan keberkahan hidup ( al baroqah ), kehidupan yang dipenuhi
dengan kebaikan ( al hayatun thoyyibah), serta mendapat Jannahnya (syurga).
Selain cara dan hikmah Ma’rifatullah ada juga yang dapat
menghalangi kita untuk mengenal Allah, yaitu adalah;
1.
Al Kubru ( Sombong ) yaitu menolak kebenaran dan
meremehkan orang lain
2.
Azh Zhulmu ( berbuat Zolim )
3.
Al Kadzibu ( berdusta dan berbohong )
4.
Al Fusuqu ( fasik ) yaitu melanggar ketentua dan
perintah Allah
5.
Al Kufru ( kafir ) yaitu ingkar kepada Allah
6.
Al Fasadu ( berbuat kerusakan )
7.
Al Ghaflah ( lalai/lengah )
8.
Katsarul Ma’ashi ( banyak berbuat durhaka )
9.
Al Irtiyab ( ragu-ragu )
Selesai memberi Tausiyah seperti biasanya akan ada sesi tanya jawab dari peserta sekolah hijrah kepada Bapak Ustadz, ada 4 pertanyaan yg didapat kesempatan diberikan jawaban langsung dari Ustadz lulusan Kairo ini.
Pertanyaan pertama perihal apa
hukumnya jika wali nikah itu orang fasik. Ustadz Rahmat menjelaskan jika
menurut ketentuannya memang seharusnya tidak boleh, sebaiknya cari wali lain
yang lebih baik, bedahalnya jika wali nikah itu orang tua kandung sendiri,
meski fasik dia mempunyai kewajiban untuk menikahkan anak kandungnya dan soal
kefasikannya itu urasanya terhadap Allah.
Lalu pertanyaan kedua kurang
lebih sepengingatan saya ialah bagaimana kita mengenal Dzat Allah padahal Dzat
Allah itu berbeda-berbeda. URH menjawab seperti yang disampaikan sebelumnya
untuk mengenal Dzat Allah yaitu dengan mengenal sifat-sifat Allah dan Asamul
HusnaNya, keberadaaNya yang bisa kita rasakan maka kita telah juga mengenal
Dzat Allah tersebut.
Selanjutnya pertanyaan ketiga
yang sangat menarik ialah perihal Jodoh yang sempat dibahas sebelumnya,
pertanyaannya ialah “ Jika dalam perjodohan itu ada salah satu dari pasangan
yang tidak baik itu kenapa bisa seperti itu..?” lalu URH menjelaskan bahwa Baik adalah
sifatnya Umum, setidaknya dari pasangan kita tersebut ada sisi baiknya, baik
dari akhlaknya maupun ibadahnya. Itulah hakekatnya sebuah pernikahan ialah
saling melengkapi dan membawa kebaikan terhadap pasangan kita, memang sebaiknya
lelakilah yang membimbing istrinya dan tidak masalah jika istrilah yang
mengajarkan kebaikan terhadap pasangannya.
Dan pertanyaan terakhir yang saya
lupa diambil dari surah yang mana, kurang lebih pertanyaan satu-satunya dari
perwakilah ikhwan ini adalah “Dalam salah satu ayat Al qur’an ada penjelasan
bahwa orang yang beriman dan bertaqwa
akan membuat dirinya merasa khawatir, mengapa bertolak belakang dari penjelasan
ustadz perihal hikmah dan kebaikan Ma’rifatullah yang bisa membuat kita merasa
aman.?”. Lalu Ustadzpun menjelaskan yang dimaksud khawatir disurah itu ialah
rasa khwatir akan diterima tidaknya amal seseorang yang bertaqwa tadi,
sedangkan rasa aman tadi ialah rasa aman dari orang yang beriman terhadap
kondisinya saat itu.
Alhamdulillah demikianlah review
kajian ketiga Sekolah Hijrah GPII Tanjungbalai ini. Mohon maaf atas kesalahan
penulisan maupun pemahaman diatas, dan
saya sangat senang hati jika ada yang memperbaiki tulisan dan pemahaman dari
orang awam seperti saya ini. Semoga kita dipertemukan ditaman-taman syurga
berikutnya.
#ReviewKajian
#SalamHijrah
#SekolahHijrah
#MujahidDakwahJagoMenulis
#KerennyaGPII
Comments
Post a Comment